Kau, ada tanpa deskripsi Selalu santai bersapa “pagi” Yang tidak mustahil untuk pergi Dengan ucap “cukup sampai disini” Lantas, haruskah ku tetap menanti? Bertahan tuk jaga hati Tak pernah tau apa yang terjadi Tak mengerti apa yang sedang dilakoni Mengamat dari sudut luar Bumi Dalam ruang tanpa gravitasi Penuh harap pada musim semi Memandang pelangi Dan bersama memadamkan api

Lucu yaa???? Melihat siklus hidup menari mengikuti melodi Jantung berdetak seperti detik arloji Dan apa yang sebenarnya dicari?? Mengutuk keadaan membela diri Membunuh waktu tak berarti Habis tercaci maki Berlari tak menggunakan kaki Terbang menggunakan tali Darah mengalir tak mengikuti urat nadi Namun, bukan nyawa yang kan pergi Tapi hati yang hangus dimakan api Mendengar gelak tawa tanpa henti

Tak mudah memang Bernyawa namun tak punya makna Berperasaan namun tak punya rasa Hilang,, Terbang bebas tanpa arah tujuan Hanyut terbawa angan Menyelami hari tanpa arti Bagai semut memadamkan api Tanpa jati diri! Lantas,, Mau sampai kapan? Berjalan tanpa alas Terbang tinggi pakai kapas Hingga akhir menjadi ampas Sadarlah!!! Dunia ini sangat luas Tak bergerak, kan mati oleh binatang buas Karena hidup bahagia adalah hasil dari kerja keras

Bagaimana bisa!!! Gugus bintang itu tak mengikuti pengembangan alam semesta Hingga seberkas cahaya belum sampai ke mata.. Bukan kah tak akan ada dusta?? Melalaikan hembusan debu jagad raya Hingga retina tak lagi menyala Sudah ku duga ! Perjalanan waktu sepertinya kan usai Melepas semua kenangan yang sulit digapai Tubuh lunglai Tergeletak, alam semesta tak lagi santai

Waktu itu Mengingat kenangan yang telah berlalu Menyapu rentetan kisah tawa dan sendu Lenyap bagai burung tanpa sayap Penuh harap Membuka lembaran baru Menulis perjalan putih tanpa abu Tanpa hembusan napas berat Detak jantung tak terikat Rapuh, tak tumbuh malah menyayat Tergeletak pucat Akankah kembali, bila suatu saat Terdengar suara mengucap ayat Bila saat itu tiba Maafkan diri yang penuh dosa Pamit tanpa sambungan kata Tetaplah bahagia Meski nanti kan tiba saatnya Tlah pergi kepada Sang Pencipta

Perlahan memudar pergi tanpa bayang Apakah semudah itu?? Berlalu tersapu ombak tak berbekas Sudahkah semua lepas Terkoyak seperti gigitan binatang buas Lenyap, tak tersisa ampas Rapuh.. Sungguh rapuh!! Pertahanan ambruk terperosok dalam jurang Melihat kenyataan telah menghilang Terbakar, menghitam membentuk arang Mungkin, Sejak awal sudah salah Penuh harap tuk sama arah Memaksa diri meski sudah berdarah Hingga akhirnya tumpah Terbuang seperti sampah Baiklah, terserah!!!

Selamat datang, selamat merajut asa meraih impian Berenang dalam samudera angan Membangkitkan gairah menuju masa depan Meninggalkan rekam kisah yang tertinggal di jalan Bagaimana keadaan mu? Penuh harap lebih baik dari pendahulu Bersahabat melewati ruang dan waktu Tahun ini usia semakin menua Begitupun dengan orang tua Berjuang dan bertahan pada jiwa di usia senja Meyakinkan, bahwa semuanya kan baik saja Dan diripun tak lagi belia Menjadi sosok dewasa tidak lah mudah, bukan? Mendengar celoteh para tetangga Kapan, kenapa, apa, pertanyaan serta tatapan di depan mata Tajam, bagai tombak menusuk dada Menghempas diri, terbang bersama senyuman dusta Dua ribu dua satu Sungguh banyak harap padamu Semoga bisa berteman dan menulis kisah tanpa sendu Membayar semua pertanyaan yang datang bagai benalu

Tak tau sampai kapan waktu ini berjalan Tak tau dimana akhir dari sebuah perjalanan Tak tau seperti apa angan di masa depan Berliku rintangan mungkin telah terlewatkan Hingga tersadar seperti nya sudah tidak sejalan Apakah ini jawaban setiap doa kepada Tuhan Memahami ternyata hanya sebagian Menganggap ada namun nyatanya hanya bayangan Menemani disetiap perjuangan Namun perlahan menghilang ntah dimana arah tujuan Tak ada kepastian Tak ada ucapan mimpi masa depan Mengeja pada setiap ucapan Meraba arti dari tindakan Tahu kah, bahwasannya rasa ini butuh akhiran Perjalanan gelap gulita tanpa penerangan Bukan menemani, malah hilang ditengah jalan Baiklah kan dicoba tuk lepaskan Mungkin ini yang diharapkan Memutus pelan pelan sebuah ikatan Memudarkan warna pada perasaan Terima kasih Tuhan, karna telah menyadarkan Bahwa harap ku salah tempat untuk penyandaran Dan semoga harap mu, ter Aaminnkan oleh Tuhan

apa kabar? Sudah lama ya,, Amat sangat lama, Bagaimana keadaan mu? semoga dimanapun berada tetap hidup dengan bahagia Sempat waktu terhenti, tak berani mengingat mu Memandang bayang mu pada kenangan masa lalu Menghapus kisah, canda dan tawa yang terurai saat itu Tersadar waktu bergulir meninggalkan cerita syahdu Menyisakan ingatan yang menggores hati pakai batu Lucu ya, itulah kenyataannya Bahwa mengingat mu bagai mencari berlian dalam abu Lalu bagaimana kapal mu Bukankah sudah terlalu lama berlayar mencari dermaga Tidak kah ingin singgah melepas dahaga Mungkin memang belum pas pada jiwa dan raga Hingga selalu terhempas oleh ombak samudera Ingat, dunia hanya panggung sandiwara Buatlah diri mu sebagai sutradara Dan semoga ada aku di dalamnya